Sejak 15 Juli 2024, mahasiswa KKN IAIN ponorogo melihat di Qur’an Community Malaysia dipenuhi oleh wajah-wajah penuh semangat dari makcik-makcik lanjut usia. Setiap Senin hingga Jumat pagi, mereka datang dengan membawa Al-Qur’an dengan tekad yang tak pernah pudar di hati. Pada usia yang tak lagi muda, mereka mengikuti program Community Mengajar Al-Qur’an, sebuah inisiatif luar biasa yang memberi kesempatan emas kepada para makcik untuk memperbaiki bacaan dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an. Program ini menggunakan metode 4T Tajwid, Tahsin, Tahfiz, dan Tafhim yang dirancang khusus untuk memudahkan pembelajaran, bahkan di usia senja.
Salah satu Volunteer dari mahasiswa, Zidanizdan Yahya Fillahi, yang merupakan mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab, turut serta dalam program mengajar di Qur’an Community. Dengan penuh kesabaran dan dedikasi, Zidanizdan membantu para makcik memperbaiki bacaan Al-Qur’an mereka. Kehadirannya tidak hanya membawa semangat baru, tetapi juga menjadikan suasana belajar semakin hidup dan interaktif. Partisipasinya bersama tim KKN IAIN Ponorogo memberi warna tersendiri dalam program ini, di mana generasi muda dan tua bersatu dalam semangat belajar dan pengabdian.
Seiring berjalannya waktu, program ini telah menjadi wadah bagi para makcik untuk kembali menyentuh inti ajaran Al-Qur’an. Salah satu peserta yaitu Makcik Halimah, 67 tahun, bercerita bahwa dulu dirinya tidak percaya diri dalam membaca Al-Qur’an. Akan tetapi, setelah mengikuti program membaca Al-Qur’an dengan metode 4T ini dirinya jauh lebih percaya diri dalam membaca Al-Qur’an. Melalui Tajwid, para peserta belajar cara melafalkan setiap huruf dengan benar, sedangkan Tahsin membantu mereka memperlancar bacaan. Setiap hari, bacaan mereka kian membaik, menghapus rasa ragu yang pernah ada.
Tidak hanya memperbaiki bacaan, mereka juga ditantang untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur’an melalui metode Tahfiz. Meskipun usia mereka sudah lanjut, semangat untuk menambah hafalan tak pernah padam. “Setiap kali saya berhasil menghafal surat baru, rasanya seperti hadiah besar. Mungkin tidak secepat dulu, tapi saya tetap bangga,” ujar Makcik Siti, 70 tahun, dengan mata berbinar. Menghafal Al-Qur’an di usia lanjut memang bukan hal yang mudah, namun bagi para makcik ini, setiap kata yang berhasil dihafalkan adalah pencapaian luar biasa yang mendekatkan mereka lebih dekat dengan Sang Pencipta.
Selain memperbaiki bacaan dan menambah hafalan, metode Tafhim menjadi salah satu bagian yang paling dinantikan oleh para makcik. Melalui metode ini, mereka tidak hanya diajari cara membaca Al-Qur’an dengan benar, namun juga diberikan pemahaman mendalam tentang makna ayat-ayat yang mereka lafalkan setiap hari. Banyak peserta merasakan bahwa setiap ayat yang dibaca kini terasa lebih hidup dan bermakna. Salah satu peserta, Makcik Nurhayati yang berusia 66 tahun, merasa tersentuh secara emosional setelah mengikuti program ini. Menurutnya, metode Tafhim tidak hanya membantu memahami ayat, tetapi juga memperdalam hubungan spiritual dengan Al-Qur’an dan ajaran Islam.
Lebih dari sekadar tempat belajar, program ini juga menjadi tempat silaturahmi bagi para peserta dan mahasiswa KKN IAIN Ponorogo. Setiap harinya, suasana penuh keakraban terasa di Qur’an Community. Para makcik tidak hanya datang untuk belajar, tetapi juga untuk saling berbagi cerita, dukungan, dan semangat. Mahasiswa KKN IAIN Ponorogo juga turut serta dalam mengajar di Qur’an Community sehingga dapat memberikan kontribusi penting dengan membantu para makcik memahami bacaan Al-Qur’an dengan sabar dan telaten. Keterlibatan mereka membawa energi baru dalam program ini, menciptakan suasana pembelajaran yang lebih dinamis dan penuh kebersamaan. Kebersamaan yang tercipta di antara mereka menciptakan suasana yang hangat dan saling mendukung, membuat kegiatan belajar semakin menyenangkan dan bermakna. Suasana yang penuh kehangatan ini membuat para peserta merasa lebih termotivasi untuk terus datang setiap harinya.
Program Community Mengajar Al-Qur’an dengan metode 4T ini adalah contoh nyata bahwa belajar Al-Qur’an tidak mengenal usia. Para makcik dengan tekad yang kuat dan dukungan yang tepat membuktikan bahwa usia bukanlah halangan untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Kisah mereka menjadi inspirasi bagi banyak orang, bahwa semangat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperdalam ilmu agama selalu bisa dilakukan, kapan saja, di usia berapa pun.