Ponorogo, (Selasa/05/03/24) Studium Generale atau kuliah umum kembali digelar di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Kampus hijau IAIN Ponorogo, tepatnya pada hari Selasa, 5 Maret 2024. Kegiatan ini wajib diikuti oleh Mahasiswa jurusan PBA, PGMI, TBI, dan PAI Semester 2 dan dipandu oleh salah satu mahasiswa FTIK, Amelia Habibah. Tema yang diambil adalah “Penguatan Iklim Akademik Mahasiswa di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi: Mengeksplorasi Peluang dan Tantangan di Bidang Kependidikan”. Kali ini, FTIK menghadirkan salah seorang Guru Besar di Bidang Ilmu Pembelajaran Sastra Arab yang juga menjabat sebagai Ketua Program Studi S2 Keguruan Bahasa Arab Universitas Negeri Malang, yakni Ibu Prof. Dr. Hanik Mahliatussikah, S.Ag., M.Hum. Pada sesi pra-acara, kegiatan ini dimeriahkan oleh penampilan akustik dan hadrah al-banjari oleh perwakilan mahasiswa FTIK, dan dilanjutkandengan Opening Ceremony. Opening speech disampaikan oleh Dekan FTIK IAIN Ponorogo, Dr. H. Moh. Munir, Lc., M.Ag., dalam sambutannya beliau menghimbau kepada seluruh mahasiswa untuk mengikuti acara ini dengan seksama sampai akhir sesi.
Pada kesempatan ini, FTIK IAIN Ponorogo menjalin kerjasama dengan Asosiasi PPPBA (Perkumpulan Prodi Pendidikan Bahasa Arab) usai dilakukan penandatanganan MoA oleh FTIK IAIN Ponorogo dan PPPBA. Sebelum Kuliah Umum dimulai, para mahasiswa disuguhkan dengan penampilan salah satu mahasiswa terbaik FTIK, yakni Maulana Ma’ruf Faqihuddin, peraih Juara Internasional pada Cabang lomba Ghina’ Aroby yang diselenggarakan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, pada bulan Januari lalu.
Kuliah umum dimulai tepat pada pukul 09.00 WIB dengan moderator Ibu Wilis Werdiningsih, M.Pd.I., salah satu dosen FTIK IAIN Ponorogo.
Prof. Hanik, begitu panggilannya, memulai kuliah umum ini dengan mengapresiasi terhadap budaya akademik mahasiswa FTIK IAIN Ponorogo yang sudah terbentuk terbukti dari antusiasme dan kehadiran mahasiswa/i FTIK dalam kegiatan ini. Beliau menambahkan bahwa ciri iklim akademik yang baik ditandai dengan interaksi positif antar aspek dalam kampus yang mencakup dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan. Adapun jenis iklim akademik meliputi norma akademik dan budaya akademik. Jenis iklim akademik yang pertama adalah norma akademik, yang di dalamnya terdapat aturan-aturan teknik dalam perkuliahan. Sementara jenis iklim akademik yang kedua adalah budaya akademik, mencakup kegiatan-kegiatan yang berfungsi sebagai sarana penunjang kreativitas mahasiswa. Budaya akademik ini harus muncul secara insidental dan penuh kesadaran dari diri mahasiswa sehingga ia mampu mengembangkan kegiatan akademik tersebut. Di antara ciri mahasiswa dengan iklim akademik yang sehat, adalah memiliki sikap kritis, kreatif, objektif, analitis, komunikatif, dinamis, dialogis, menerima kritik, dan menyukai prestasi ilmiah, seperti mengikuti perlombaan atau seminar.
Beliau menjelaskan bahwa kesuksesan lembaga tidak hanya bergantung kepada dosen saja, melainkan kontribusi mahasiswa juga dibutuhkan. Aspek-aspek kesuksesan lembaga ada tiga, meliputi kebebasan akademik, yang mana seorang mahasiswa dan dosen harus mampu mendalami dan mengembangkan IPTEKS secara bertanggung jawab melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi. Aspek kedua yakni kebebasan mimbar akademik, artinya mahasiswa bebas dalam menyampaikan pendapat atau pemikiran mengenai disiplin ilmu tertentu secara terbuka dan bertanggung jawab. Aspek terakhir, yaitu otonomi keilmuan yang mencakup kebebasan untuk mengembangkan kebenaran ilmiah menurut kaidah, metode keilmuan, dan budaya akademik. Ketiga aspek tersebut biasanya telah tercantum dalam Peraturan Rektor.
Mengenai pengintegrasian TIK dalam iklim akademik, beliau menekankan bahwa hal tersebut penting sebagai wujud inovasi, kreasi, atau perubahan yang umumnya cepat, distruktif, dan mendadak. Berkaitan dengan tuntutan zaman terhadap mahasiswa, Prof Hanik menyampaikan bahwa pendapat antara satu lembaga dengan lembaga lain kurang lebih sama. Tuntutan zaman menurut LitBang Kemdikbud di antaranya, yaitu mahasiswa dituntut untuk mencari tahu informasi dari berbagai sumber, mampu berpikir kritis dan analitis, serta mampu bekerja sama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Dalam artian lain, BSNP mengatakan bahwa Frame Work pembelajaran abad ke-21 meliputi, Critical thinking & problem solving, communication and collaboration skill, creativity and innovation, literacy technology, information and communication dan contextual learning skill.
Beliau kembali memaparkan bahwa yang menjadi ciri paradigma belajar abad ke-21 yaitu informasi, komputasi, otomasi, dan komunikasi yang harus didukung dengan model belajar yang diarahkan untuk mencari tahu dari berbagai sumber, mampu berpikir secara analitis, dan bekerja sama dengan baik. Sementara yang menjadi tantangan pembelajaran di abad 21, yaitu fenomena distruktif, kemungkinan untuk menjadi pendidik yang tidak harus berasal dari jurusan pendidikan, integrasi teknologi dalam pengembangan dan inovasi media, serta persamaan kesempatan secara kompetitif. Adapun urgensi iklim akademik mahasiswa di era TIK ini yaitu dapat memengaruhi cara berpikir, juga memberikan tantangan, serta menunjang dan mengembangkan proses penelitian. Beliau memberikan strategi dalam peningkatan iklim akademik mahasiswa dengan empat cara, yaitu mengoptimalkan penggunaan teknologi, mengambil inisiatif dalam pembelajaran mandiri, mengembangkan literasi digital yang meliputi skills, culture, ethics, and safety, serta berpartisipasi dalam pembelajaran kolaboratif dan komunitas. Di akhir, Prof. Hanik mengatakan bahwa mahasiswa yang hebat adalah mahasiswa yang tidak hanya aktif di dalam kelas saja, melainkan juga berupaya meningkatkan kualitas dan potensi diri dengan mengikuti kegiatan-kegiatan penunjang di luar kampus.