Zidanizdan Yahya, mahasiswa Jurusan PBA Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo yang tergabung dalam International Service Program (ISP), berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran Al-Qur’an untuk orang tuna rungu di Malaysia. Program ini merupakan bagian dari rangkaian KPM Internasional yang bertujuan memberikan akses pendidikan yang inklusif kepada Masyarakat di Malaysia khususnya penyandang disabilitas.
Kegiatan ini bertujuan memberikan akses pembelajaran Al-Qur’an kepada masyarakat tuna rungu yang sering kali mengalami keterbatasan dalam mengakses pendidikan agama. Mahasiswa PBA IAIN Ponorogo yang terlibat dalam program ini merancang metode pengajaran khusus yang sesuai dengan kebutuhan peserta. Pendidikan agama adalah hak setiap individu, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Melalui kegiatan ini, harapannya peserta dapat mengenal huruf hijaiyah, memahami bacaan Al-Qur’an, dan mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Al-Qur’an untuk peserta tuna rungu ini dilakukan dengan metode yang berbeda dari pembelajaran umum. Para mahasiswa menggunakan bahasa isyarat sebagai alat komunikasi utama dalam menjelaskan huruf hijaiyah, tajwid, dan bacaan Al-Qur’an. Selain itu, materi juga disampaikan melalui media visual seperti video dan gambar untuk memudahkan pemahaman. Saudara Zaidan dari jurusan PBA selaku salah satu pemateri dalam program ini, mengatakan bahwa pendekatan visual dan bahasa isyarat sangat efektif dalam membantu peserta memahami pelajaran dengan lebih baik.
Dalam berlangsungnya kegiatan ini para mahasiswa menghadapi beberapa tantangan, terutama dalam hal komunikasi. Bahasa isyarat yang digunakan di Indonesia berbeda dengan yang ada di Malaysia, sehingga memerlukan adaptasi lebih lanjut. Namun, berkat kerja sama yang baik dengan fasilitator setempat dan lembaga disabilitas, mahasiswa mampu menyesuaikan metode pengajaran mereka. Selain itu, keterbatasan materi ajar yang dirancang khusus untuk tuna rungu juga menjadi salah satu tantangan yang dihadapi.
Kegiatan ini mendapatkan dukungan penuh dari komunitas lokal dan pihak terkait. Pusat Komunitas Disabilitas Kuala Lumpur, yang menjadi mitra dalam kegiatan ini, sangat mengapresiasi upaya mahasiswa IAIN Ponorogo dalam memberikan pendidikan agama yang inklusif. Kegiatan ini tidak hanya memberikan dampak positif kepada peserta, tetapi juga mempererat hubungan antara mahasiswa dan komunitas lokal di Malaysia. Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, diharapkan program ini dapat terus berkembang dan menjangkau lebih banyak masyarakat yang membutuhkan.
Di akhir kegiatan, para mahasiswa IAIN Ponorogo berharap agar program pembelajaran Al-Qur’an untuk penyandang tuna rungu ini dapat dilanjutkan dan dijadikan program rutin. Mereka juga berencana untuk mengembangkan materi ajar yang lebih mudah dipahami oleh penyandang disabilitas, serta memperluas jangkauan program ini ke berbagai wilayah di Malaysia