Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kependidikan
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Order processing time 24h
Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kependidikan
IAIN Ponorogo
Latar Belakang Pendidikan Bukan Penentu Kesuksesan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab
Mei 31, 2025
Stop Bullying!
Mei 31, 2025
Artikel Opini

Filosofi Teras: Stoisisme dalam Pengendalian Mental Gen Z

Hasna Meilia

Filosofi Teras: Stoisisme dalam Pengendalian Mental Gen Z
Admin
Mei 31, 2025

Hasna Meilia

NIM: 202220040

Pada penugasan mata kuliah ini, kami sekelas diberi tugas oleh Bu Dosen untuk membuat sebuah opini mengenai psikologi. Membahas tentang psikologi, saya teringat beberapa hari lalu pada bulan suci Ramadhan ini pada saat berburu takjil, saya menjumpai seorang pria aneh sekitar 25 tahunan di tengah Jalan Suromenggolo (Jalan Baru). Pria itu menggunakan jubah aneh berjalan mondar- mandir ngalor-ngidul di area pertigaan di ujung Selatan jalan  Saya sempat ketakutan di dekatnya karena berpikir bahwa dia adalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Keesokan harinya saya bercerita pada teman-teman saya untuk mengonfirmasi kejadian tersebut. Rupanya pria tersebut bukanlah orang dengan gangguan jiwa. Dia adalah seseorang yang mencari nafkah melalui cara yang tak biasa layaknya seorang Aldi Taher. Hingga saat ini, belum ada berita terkait yang membahas tentang pria tersebut. Mengetahui bahwa dia bukanlah seorang ODGJ, saya cukup terkesan dengan sikap bodoamatnya terhadap orang orang sekitar yang menatapnya aneh. Mengingat ia mungkin juga berasal dari generasi zoomer (Gen-Z) yang dikenal memiliki mental yang kurang stabil karena banyaknya tuntutan. Ia tidak memedulikan pandangan orang-orang di sekitar dan tetap tenang menjalani apa yang ia bisa lakukan.

Kejadian tersebut mengingatkan saya pada buku yang pernah baca sekilas yang berjudul “Filosofi Teras” karya Henry Manampiring. Buku tersebut cukup populer di kalangan anak muda. Buku tersebut memperkenalkan filsafat stoa yang jarang diketahui orang-orang. Stoisisme sendiri mengajarkan kita untuk tidak menghawatirkan pandangan orang lain. Filsafat ini juga mengajarkan kita untuk membedakan antara sesuatu yang didalam kendali kita (Things that are up to us)  dan desuat yang berada di luar kendali kita (Things that aren’t up to us). Filsafat ini juga mengajarkan untuk menghindari emosi yang menjauhkan kita dari kebahagiaan yaitu iri hati, takut, rasa sesal atau pahit dan rasa kesenangan. Adanya emosi negatif tersebut dikarenakan adanya mispersepsi yang kita terima. Oleh karenanya, kita perlu memberikan takaran yang tepat di setiap kegiatan maupun emosi kita agar terciptanya ketenangan. Tidak semua hal pantas menjadi perhatian kita.

Filsafat Stoa ini tentu saja dibutuhkan anak-anak muda sekarang terutama yang berasal dari Gen-Z. Banyak sekali perubahan teknologi antara gen-Z dengan generasi- generasi sebelumnya. Salah satu dampak negative teknologi tersebut adalah adiksi terhadap medsos dan cyber bullying. Sudah banyak sekali kasus suicide juga telah dilakukan oleh generasi ini. Peristiwa tersebut dikarenakan kondisi Gen-Z yang rentan terhadap gangguan mental. Gangguan mental yang sering terjadi pada Gen Z salah satunya  depresi. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi setiap orang Dengan filsafat ini, kita dapat menanggapi banyak hal tersebut dari berbagai sudut pandang sehingga terhindar dari emosi-emosi negatif sehingga kita tidak memusingkan pandangan orang lain mengenai diri kira.  Pada akhirnya kita bisa mengendalikan segala emosi dari dalam tubuh kita. Kita  membutuhkan mental yang sehat untuk menghadapi berbagai tuntutan. Generasi kitalah yang diharapkan para pendahulu kita untuk memimpin Generasi Indonesia Emas tahun 2045 mendatang. Karenamya, hendaknya kita mulai mengendalikan mental kita untuk kedepannya. Dimulai dari melatih diri untuk tidak memusingkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan dan tidak heboh ketika menghadapi segala cobaan. Inilah salah satu hal mendasar yang cukup memengaruhi kebahagiaan kita.